Akhir akhir ini saya sering pulang tengah malam menggunakan sepeda. Hanya untuk sekedar ber wifi ria di belakang rumah teman samping keluarahan. Mencari hiburan untuk menghabiskan waktu senggang di toko. Menunggu pembeli atau pun pemesan yang datang selama 10 jam dan terkadang lebih. Malam yang menjadi aktifitas dan siang saya jadi kan waktu tidur sesaat untuk meredakan rasa sepat di mata panda.
Setelah sekitar 10 kali bersepeda pulang-pergi dari toko ke rumah (wifian) kaki ini sudah bisa terbiasa menggunakan sepeda. Terasa perbedaan yang signifikan saat pertama kali saya menggunakan sepeda waktu itu. Saya terkapar tak berdaya sewaktu sampai di toko, membawa sepeda Fixie atau apalah jenisnya. Mungkin ada 1 jam saya menghela nafas sesak sampai terbatuk-batuk di satu tanjakan perumahan. Dan Polisi Tidur dimana-mana membuat lutut semakin nyeri rasanya.
Oke cukup basa-basi nya. Kembali ke topik utama kita, (emang nya ada ya?) sebuah cerita teman tidak sebaya yang kehidupan nya hampir semua ia ceritakan kepada saya.
Jangan berfikir cerita seram atau menyenangkan dulu, ini cerita kacau.
Setelah sekitar 10 kali bersepeda pulang-pergi dari toko ke rumah (wifian) kaki ini sudah bisa terbiasa menggunakan sepeda. Terasa perbedaan yang signifikan saat pertama kali saya menggunakan sepeda waktu itu. Saya terkapar tak berdaya sewaktu sampai di toko, membawa sepeda Fixie atau apalah jenisnya. Mungkin ada 1 jam saya menghela nafas sesak sampai terbatuk-batuk di satu tanjakan perumahan. Dan Polisi Tidur dimana-mana membuat lutut semakin nyeri rasanya.
Oke cukup basa-basi nya. Kembali ke topik utama kita, (emang nya ada ya?) sebuah cerita teman tidak sebaya yang kehidupan nya hampir semua ia ceritakan kepada saya.
Jangan berfikir cerita seram atau menyenangkan dulu, ini cerita kacau.